What is the first wish you want to make if you are granted three wishes?
Tanpa pikir panjang, aku akan minta punya KTP. Iya, bukan minta harta, rumah, mobil mewah, atau hal-hal materialistis lainnya. Tapi, cuma benda yang setiap orang pasti bakal bisa buat ketika umurnya udah menginjak 17 tahun. Itu kalau orang lain, kalau aku kan nggak bisa.
“Kok bisa? Kenapa?” Jadi gini ceritanya:
Untuk yang belum tau aku ini bukan asli orang Jogja, sebelumnya aku tinggal dan lahir di Lampung. Sekitar tahun 2009, aku harus ikut Ibuku pulang ke Jogja karena ada masalah keluarga yang mengharuskan orang tuaku untuk… you know, lah. Singkat cerita, aku akhirnya tinggal di Jogja dan di sini awal mula masalah KTP dimulai.
Kalau pindah tempat tinggal berarti harus ngurus surat kepindahan penduduk, dong? Nah, lucunya yang diurus surat kepindahan penduduk cuma Ibuku doang, sedangkan aku enggak. Emang kocak. Akhirnya aku nggak bisa masuk ke Kartu Keluarga siapapun karena aku nggak punya NIK. Padahal syarat utama untuk buat KTP itu tercantum di Kartu Keluarga. Nggak tau aku siapa yang musti disalahin.
“Terus gimana?” Yaa.. nggak tau. Itu pertanyaan yang masih jadi pertanyaanku juga sampai sekarang.
Terhitung sejak dari umurku menginjak 17 tahun, kurang lebih udah 6 tahun aku hidup tanpa punya KTP. Rasanya nggak enak banget, banyak sekali “kerugian” yang aku alami gara-gara benda satu itu. Mulai dari nggak bisa cari kerja, nggak bisa buka rekening bank, ditilang polisi karena nggak punya SIM, dan nggak bisa masuk mall karena belum vaksin. Huft.. untung sekarang nggak perlu pakai Peduli Lindungi. Sebenernya nggak cuma itu doang, masih banyak hal sifatnya personal yang nggak bisa aku sebut di sini.
Keuntungannya: aku jadi bisa nolak mbak-mbak sales Jenius atau sales apapun tanpa bingung cari alasan haha.
Jadi, itu dia permintaan pertama aku kalau dikasih tiga permintaan: punya KTP. Banyak sekali to-do list yang udah kebayang di dalam kepala setelah punya KTP. Salah satunya adalah pamer ke sosial media dengan caption, “LET’S GOOOO!!! SAATNYA DAFTAR PINJOL!”
Tulisan ini adalah bagian dari 30 Day Writing Challenge, di mana aku akan menantang diri sendiri untuk konsisten menulis selama 30 hari penuh dengan pertanyaan atau topik yang sudah disiapkan setiap harinya.