Putus Cinta

Artikel pertama udah langsung ngomongin yang sedih-sedih aja, nih. Hehe. Kalian pasti ada yang pernah ngalamin atau sekarang sedang ngalamin yang namanya putus cinta? Yang belum pernah ngalamin, jangan sampai ngalamin karena rasanya nggak enak banget. Sumpah.

Hari-hari yang sebelumnya udah terbiasa kita dijalani, tiba-tiba berubah begitu aja. Sebelumnya ada pasangan, sekarang sendirian. Sebelumnya ada teman main, sekarang nggak ada. Sebelumnya ada chat masuk setiap hari, sekarang nggak ada juga. Semua itu aku jalanin selama 3 bulan ini, di mana 3 bulan itu masih susah buat namanya ikhlasin atau bahasa kerennya Move On.

Putus Cinta

Aku putus sama pacar aku Desember 2019 kemarin, tepatnya tanggal 15 Desember 2019. Bulan ketiga ini setelah putus aku masih ngerasa sedih. Hubungan yang udah dijalani kurang lebih 4 tahun harus diakhiri begitu aja. Sebenarnya nggak begitu aja juga, tapi emang hubungan itu harus berakhir. Kalau diterusin nggak akan selesai-selesai masalahnya.

Mungkin ini jalan terbaik buat kita berdua untuk tidak saling menyakiti satu sama lain. Jalanin hubungan kalau udah nggak saling bahagia itu udah nggak sehat, udah pasti saling menyakiti satu sama lain. Walaupun kita nggak merasa menyakiti pasangan kita. Kecuali, kalian berdua bisa berkompromi dengan keadaan dan menurunkan semua keegoisan kalian untuk berpikir dewasa. Ngomongin masalahnya sama-sama dan nyari solusi sama-sama juga.

Kalau kita pengin serius sama seseorang dan berkomitmen dari awal kita pasti bisa, kok. Asalkan kalian berdua ngejaga komitmen itu dan hadapin masalah bareng-bareng. Misalnya kalian ada masalah, jujur sama pasangan kalian dan selesaiin bareng-bareng. Supaya masalah itu nggak jadi beban buat diri kalian sendiri. Buat apa jalanin sebuah hubungan kalau ada masalah masih dipendem sendiri-sendiri.

Masalah dalam hubungan itu pasti ada dan nggak mungkin dalam hubungan nggak ada masalah sama sekali. Mulai dari masalah kecil: nggak bales chat, bales chat lama, kepergok main game padahal ijinnya tidur, atau masalah besar yang sampai salah satu ada yang ngajakin putus. Tinggal kita mau menyikapi masalah itu kayak gimana.

Sebenarnya aku nggak pantes buat sok ngajarin soal menjalani hubungan, sedangkan aku sendiri gagal dalam menjalani hubungan. Apa semua omonganku di atas cuma buat ngehibur diri sendiri karena gagal dalam menjalani hubungan, ya? Buktinya, aku malah ngomong ke mana-mana, padahal inti masalahnya putus cinta. Kayaknya ini yang jadi penyebab masalah aku sama pasanganku nggak selesai-selesai: diri aku sendiri.

Mungkin aku sendiri yang nggak mau berkompromi dengan keadaan, nggak mau turunin keegoisan, nggak mau untuk berpikir dewasa, nggak mau nyari solusi sama-sama. Mungkin juga aku sendiri yang kurang berkomitmen, kurang jujur sama pasangan, dan masih pendem masalah sendirian. Dan, mungkin juga aku sendiri yang salah dalam menyikapi masalah.

Sekarang kalau mau salahin diri sendiri juga percuma, udah terlalu telat untuk menyesali apa yang udah terjadi. Saat ini yang bisa aku lakuin cuma menjadikan semua itu pelajaran, dan membuka lembaran baru. Walaupun terkadang berat untuk membuka lembaran baru ketika kita tau seseorang nggak akan ada di halaman selanjutnya, sedangkan cerita harus terus berlanjut.

Tujuan aku buat tulisan ini cuma untuk mengisi waktu luang aja dan mengungkapkan kesedihan dalam tulisan. Semoga kesedihan ini nggak berlarut-larut dan aku sedang mencoba menikmati kesedihan itu. Berpura-pura sok tegar itu nggak enak, lebih baik menikmati dan bahagia lagi kemudian. Sekian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *