Imagine yourself stranded alone in an unknown land. How does it look?
Membayangkan terdampar sendirian di tempat nggak dikenal bakal ngeri banget, sih. Pelajaran yang udah pernah aku dapat di kegiatan pramuka kayaknya bakal dipakai di sini. Iya, kalau nggak lupa, tapi yang jelas aku masih inget caranya membuat api. Itu kayaknya udah cukup untuk bekalku bertahan hidup sendirian. Jika membayangkan keadaan itu benar-benar terjadi, mungkin akan kayak gini ceritanya:
Suatu hari aku terbangun dari tidurku di tepi pantai, sambil mencoba untuk berdiri aku melihat keadaan di sekitar. Dengan raut wajah yang kebingungan, aku melangkahkan kaki untuk mencari tau apa yang udah terjadi. Setelah satu jam berjalan, aku menyadari ternyata aku terdampar di pulau yang kosong sendirian.
“Woy! Aku ada di mana ini?” Aku bertanya pada diriku sendiri.
Raut wajah yang tadinya kebingungan mulai berubah menjadi ketakutan. Berteriak meminta tolong dengan harapan aku nggak benar-benar sendirian. Ketika hari menuju sore, aku akhirnya menerima kenyataan bahwa hanya ada aku di pulau ini. Kemudian aku bergegas untuk mencari kayu dan ranting pohon yang kering untuk membuat api sekaligus untuk penerangan di malam hari.
Malam hari pun datang dan suasana berubah jadi sangat menakutkan. Aku duduk sambil memeluk kedua kakiku di depan api unggun yang berhasil aku buat. Selalu memperhatikan keadaan sekitar, waspada jika ada bahaya yang datang. Waktu terus berlalu dan aku sesekali menguap yang artinya waktu udah menunjukkan tengah malam. Aku membuat diriku tetap terjaga, sebagai bentuk pertahanan agar aku masih sempat berlindung jika terjadi apa-apa.
Terdengar suara dari balik semak-semak. Aku yang tadinya duduk langsung berdiri dan mengambil salah satu kayu dari api unggun yang masih terbakar. Pelan-pelan aku mendekati sumber suara dengan langkah kecil sambil bertanya, “Siapa di sana?” Namun tidak ada jawaban sama sekali. Semakin lama semakin dekat dengan sumber suara. Kemudian dari balik semak-semak muncul sosok yang membuat aku kaget, “Halo, Kak. Udah punya Jenius belum?”
Tamat.
Tulisan ini adalah bagian dari 30 Day Writing Challenge, di mana aku akan menantang diri sendiri untuk konsisten menulis selama 30 hari penuh dengan pertanyaan atau topik yang sudah disiapkan setiap harinya.
