Write about the three most important people you’ve ever met
Cara mengukur tingkat kepentingan seseorang sampai bisa disebut sebagai orang penting itu gimana, ya? Kalau orang tua atau keluarga masih bisa ngukur, lah. Mereka juga yang ngurus aku dari kecil sampai sekarang, jadinya emang dari lahir udah ketemu. Hmm jadi siapa, ya? Pacar nggak punya, gebetan nggak punya, terus siapa yang mau aku sebut?
Setelah mikir kurang lebih 5 menit, mungkin orang-orang ini bisa aku sebut orang penting yang pernah aku temui:
Lifeguard, si Penyelamat
Sebelumnya aku mau minta maaf karena lupa sama namanya. Keterlaluan, tapi aku emang gampang lupa sama nama orang huhu.
Lifeguard adalah sebutan untuk orang yang memiliki profesi jadi penyelamat terhadap kecelakaan yang terjadi selama di dalam air. Kenapa aku sebut dia sebagai Lifeguard? Karena dulu aku pernah hampir meninggal gara-gara nggak bisa berenang.
Rumahku di Lampung dekat banget sama kali dan setiap musim hujan pasti anak-anak sekitar pada sering berenang di kali, termasuk aku. Waktu itu mungkin kurang puas berenang di kali yang kecil kita memutuskan pindah ke kali yang besar, tentunya di kali yang besar lebih dalam dan lebih deras arusnya. Pertama nyebur masih aman, dalamnya masih bisa ditolerir karena masih setinggi dada. Udah tuh kita berenang kayak biasanya, tapi entah kenapa aku sok jago berenang ke tengah-tengah kali yang saat itu arusnya cukup deras. Tanpa aku bilang kalian pasti udah tau kejadian selanjutnya apa. Iya, aku tenggelam. Nah, temanku ini si Lifeguard tau kalau aku tenggelam dan buru-buru berenang ke tengah buat narik aku ke tepian. Dan, aku terselamatkan.
Beberapa bulan kemudian juga langsung ada orang yang meninggal gara-gara tenggelam persis di kali yang sama. Setelah kejadian itu aku nggak lagi mau berenang di kali yang besar, tapi masih belum kapok kalau berenang di kali yang kecil hehe.
Aku nggak tau bakal masih hidup apa enggak kalau nggak ditolongin dia. Misalnya aku “lewat” saat itu, kalian juga nggak akan bisa baca tulisan ini, orang nggak ada yang nulis. Blog ini juga pasti nggak ada, orang nggak ada yang buat.
Intinya, aku sangat-sangat berterima kasih sama dia. Walaupun aku lupa namanya, tapi aku inget kok sama pertolongannya.
Ibu Siti, si Guru Ngaji
Nah, kalau ini nggak lupa namanya. Waktu kecil aku terbilang anak yang nakal, nakal banget malah. Pernah aku ngelawan Ibuku gara-gara nggak dikasih uang jajan. Mungkin Ibuku udah nggak tau lagi mau ngasih tau aku dengan cara gimana, akhirnya Ibuku manggil Ibu Siti. Ibu Siti ini selain guru ngajiku dia juga termasuk orang yang aku hormati, nggak tau kenapa aku bisa segan aja gitu sama dia.
Setelah Ibu Siti dateng ke rumahku (kita tetangga, btw) dia langsung geret aku yang masih dalam keadaan nangis ke belakang rumah. Habis sampai belakang tanganku diikat di sebuah tiang, sambil marahin aku. Aku masih ingat banget Ibu Siti bilang gini: “Bisa diem nggak? Kamu nggak kasihan sama keadaan Ibumu sekarang? Dia itu Ibumu kenapa kamu berani ngelawan? Kalau udah diem baru aku lepas ini talinya dan habis itu kamu minta maaf ke Ibumu. Ngerti nggak?” Dan, akhirnya aku diem terus minta maaf. Bukan gara-gara aku segan dengan Ibu Siti kalau itu udah pasti, tapi berkat apa yang dia bilang ke aku membuat aku jadi sadar kalau yang aku lakukan itu salah.
Itu cuma salah satu cerita yang masih aku ingat sampai sekarang. Banyak pelajaran hidup yang aku dapat dari Ibu Siti, sehingga dia bisa aku sebut sebagai orang penting yang pernah aku temui. Oh iya, aku masih hutang khatam Al-Qur’an sama beliau haha.
Unknown, si Pacar
Iya, masih unknown soalnya nggak punya. Lebih tepatnya nggak tau mau nulis siapa lagi. Cuma 2 orang di atas yang terlintas di kepalaku. Setelah mikir kurang lebih 5 menit (lagi), kayaknya udah nggak ada lagi orang yang bisa aku sebut.
Btw, ada yang mau jadi pacar aku biar tulisan ini jadi lengkap? *uhuk*
Tulisan ini adalah bagian dari 30 Day Writing Challenge, di mana aku akan menantang diri sendiri untuk konsisten menulis selama 30 hari penuh dengan pertanyaan atau topik yang sudah disiapkan setiap harinya.