Write about your childhood ambition
Sebagai anak kecil, pemikiran kita tentang cita-cita masih sesederhana: semakin hebat profesi yang kita pilih, semakin terlihat keren di mata teman-teman. Padahal profesi yang dipilih juga cukup umum. Mulai dari guru, polisi, tentara, pilot, dokter, sampai presiden. Kebanyakan memang profesi yang ada di sekitar kita dan sering kita lihat.
Aku masih inget, keinginan pertamaku sewaktu kecil adalah menjadi seorang drummer. Keinginan ini datang ketika orang tuaku ngasih tau namaku terinspirasi dari drummer Dewa, Wong Aksan. Aksan ⇾ Axshan ⇾ Al Axshan Arfandika. Tapi, itu cuma keinginan sesaat doang karena aku nggak berbakat di bidang musik. Buktinya aku cuma bisa patahin sumpit doang gara-gara aku gunain sebagai stick drum. Tambah jago juga enggak, yang ada sumpit di rumah habis aku patahin semua hahaha.
Setelah masuk SD, aku ganti keinginan untuk menjadi seorang tentara. Sebenarnya cuma ikut-ikutan temanku doang, sih. Soalnya aku belum punya keinginan lain selain menjadi seorang drummer. Daripada nggak bisa jawab pertanyaan guru waktu ditanya cita-cita, ya aku jawab aja pengin jadi tentara.
Ketika masuk SMP, pemikiranku mulai terbuka. Aku mulai bisa bedain cita-cita apa yang bisa dicapai dan cita-cita apa yang ketinggian. Aku mulai sadar kalau pilih profesi itu harus dari hal yang aku suka dan bahagia melakukannya. Kebetulan saat SMP adalah masa di mana aku suka dunia blogging, aku jadi punya keinginan untuk menjadi programmer. Iya, bukan penulis, tapi programmer. Walaupun keinginan itu harus aku kubur dalam-dalam karena aku salah pilih jurusan (pernah aku tulis di Day 16). Langsung ganti keinginan lagi untuk menjadi filmmaker, photographer, dan sekarang jadi apa aja deh bebas.
Ambisi masa kecil memang selalu berubah-ubah. Semua itu dipengaruhi oleh lingkungan dan berbagai hal yang pernah kita lakukan. Memang seru membayangkan masa kecil memiliki banyak cita-cita setinggi langit. Rasanya apapun jalan dan cara mencapainya, semuanya terasa akan menjadi kenyataan di masa depan. Hingga akhirnya kedewasaan yang membuat aku sadar kalau apa yang aku inginkan saat kecil itu terlalu tinggi untuk dicapai.
Sampai sekarang aku masih mencari apa ambisiku sebenarnya karena di umur segini aku masih mencari jati diri. Aku masih ada di tahap membuat jalan hidupku sendiri, masih banyak dinding yang harus aku panjat, dan masih banyak gunung yang harus aku daki. Seperti yang udah aku bilang di atas kalau aku mau menjadi apa aja bebas, selama aku masih suka dan bahagia melakukannya, aku akan jalanin.
Untuk menutup, aku mau berterima kasih untuk kalian yang udah ikut berpartisipasi dalam tantangan ini dengan membaca tulisanku dari Day 1 sampai Day 30. Sekali lagi, terima kasih dan sampai jumpa di tulisan-tulisan lainnya. Dengan ini, saya Arfandika pamit undur diri. #30DayWritingChallenge, it’s a WRAP!
Tulisan ini adalah bagian dari 30 Day Writing Challenge, di mana aku akan menantang diri sendiri untuk konsisten menulis selama 30 hari penuh dengan pertanyaan atau topik yang sudah disiapkan setiap harinya.